ALT/TEXT GAMBAR
News Update :

Ketika Persebaya Jadi “Anak Emas” Klub Eropa

Selasa, 25 Desember 2012

Arief Putra Wicaksono (Ninesport.inc) bersama Rafael van Der Vaart dan perwakilan HSV (@HSV.de)
GLI - Mengapa harus Persebaya? Pertanyaan ini banyak menyeruak tatkala terdengar berita 2 klub elit dari daratan Eropa akan beruji tanding di Indonesia, dengan memilih Persebaya sebagai lawan tanding mereka. Dua klub elit Eropa yang akan berkunjung ke Indonesia, tepatnya ke kota Surabaya adalah Hamburg SV dari Bundesliga dan AS Roma dari Serie A Italia.

“HSV akan mengunjungi Indonesia usai akhir Bundesliga musim ini. Mereka akan melakoni beberapa pertandingan persahabatan melawan raksasa Italia AS Roma dan tim papan atas Indonesia, Persebaya,”demikian bunyi pernyataan Hamburg dalam situs resminya tersebut. 

Pernyataan itu dirilis oleh tim yang saat ini menduduki posisi 10 klasemen sementara Bundesliga itu seusai mereka melakukan penandatanganan kontrak resmi dengan NineSport Inc. selaku promotor di Imtech Arena. Bintang HSV, Rafael van Der Vaart ikut hadir pula dalam sesi penandatanganan dengan Arif Putra Wicaksono selaku perwakilan dari promotor.

Hal itu senada dengan apa yang diungkapkan Media Officer Persebaya, Ram Surrahman semalam. “Bukan hanya persahabatan, kedatangan Roma dan Hamburg rencananya dikemas dalam sistem turnamen Piala Bung Utomo. Karena memang dilaksanakan di bulan Mei,” jelas Ram seperti yang dilansir dari Bola.net.

Jika dihitung, Persebaya memang sangat beruntung. Selama hampir 10 tahun terakhir, tim dari kota Surabaya ini paling banyak menjajal klub-klub luar negeri dibanding klub-klub Indonesia lainnya. 

Terakhir kali mereka berujicoba dengan klub luar negeri adalah saat melawan tim EPL Queens Park Rangers, medio 2012 kemarin. Tak semua klub di Indonesia bisa bernasib mujur seperti Persebaya, bahkan klub-klub dengan suporter besar dan fanatik sekalipun, seperti Persib, Persija, Arema atau Persipura.

Wajar, jika kemudian banyak suara sumbang yang berisi kecemburuan lantas muncul dikalangan suporter klub lain. Mengapa harus Persebaya? Apa sih istimewanya Persebaya? Kalau mau dilihat lebih jelas, sebenarnya banyak hal yang membuat promotor atau klub-klub luar negeri menginginkan bertanding persahabatan dengan Persebaya, kalau tidak mau dibilang ingin bertanding di kota Surabaya.

Yang paling utama adalah akses dan fasilitas. Kota Surabaya memenuhi segala syarat yang dibutuhkan klub luar tersebut. Kemudahan akses dan akomodasi bisa dengan gampang didapat di Surabaya. Lantas, jika syarat akses dan akomodasi, mengapa tidak memilih kota Jakarta? Bukankah fasilitas akomodasi di Jakarta lebih bagus dan lebih banyak dari Surabaya? Memang, tapi, ada satu hal yang tidak bisa didapat di Jakarta, atau mungkin kota lainnya. Yakni “roh sepakbola”.

Beberapa pengalaman terakhir mungkin bisa menunjukkan lebih tepat apa yang disebut “roh sepakbola” itu. Ketika beberapa klub besar Eropa bertanding di Jakarta, animo penonton atau suporter tak terlalu besar. 

Lihatlah saat Inter Milan atau Valencia datang ke Jakarta. Banyak yang bilang, sedikitnya penonton yang datang ke stadion itu karena Jakarta sudah kehilangan “roh sepakbolanya”. Lalu, apakah hanya Surabaya yang punya “roh sepakbola”?

Tidak, beberapa kota yang punya klub besar dengan basis suporter yang fanatik dan besar pula tentu punya aura dan “roh sepakbola”. Namun, aura tersebut tidaklah semenarik aura yang ditampilkan oleh Surabaya dengan para Bonek-nya. 

Tentu masih teringat dengan jelas, tatkala rombongan pemain QPR baru menginjakkan kaki mereka di Surabaya, ratusan Bonek dengan antusias menyambut dan mengawal mereka hingga ke hotel tempat menginap.

Dan tentu masih ingat pula, betapa para pemain QPR tersebut begitu menikmati antusiasme dan atmosfer dukungan suporter di Gelora Bung Karno, bahkan ketika para suporter tersebut sempat dikecewakan dengan insiden mati lampu. Dengan melihat atmosfer yang begitu membahana di seantero stadion, tak heran beberapa pemain QPR memberikan salut dan standing ovation pada para penonton ketika pertandingan berakhir.

Fakta itulah yang kemudian ditangkap oleh promotor dan klub-klub luar negeri. Dengan menjual aura dan “roh sepakbola” kota Surabaya, promotor pun seakan mendapat jaminan, investasi yang mereka keluarkan tak akan terbuang percuma. Suatu hal yang mungkin tak akan diperoleh promotor bila mempertandingkan klub yang didatangkannya ke kota lain.

Namun, meski sudah resmi dirilis di situs resmi klub HSV, masih banyak yang pesimis akan nasib datangnya 2 klub elit Eropa ini. Masih segar dalam ingatan kasus batalnya turnamen Java Cup. Tapi, melihat optimisme dan prosesnya, bolehlah kita taruh keyakinan kita di angka 99% 2 klub Eropa ini akan jadi datang ke Surabaya. 

Apa yang bisa mendasari keyakinan tersebut, tak lain adalah transparansi proses kontrak. Harus diakui, saat kasus Java Cup dulu, pihak promotor (entah itu PSSI atau PT. LPIS) tidak berani atau tidak transparan, kapan negosiasi atau penandatanganan kontrak dilakukan.

Tiba-tiba saja muncul berita akan ada turnamen Java Cup dengan peserta Everton dan Galatasaray. Tak heran, ketika turnamen tersebut batal (atau dibatalkan secara sepihak), banyak yang menuding promotor sesungguhnya belum melakukan deal kontrak hitam diatas putih.

Beda dengan yang dilakukan Ninesport. Berita yang dirilis, baik itu dari sumber klub yang diundang maupun media tanah air kompak menulis sudah dilakukan penandatanganan kontrak. Dengan adanya bukti hitam diatas putih inilah hak promotor akan terlindungi dan klub pun tak akan berani membatalkan secara sepihak. 

Dan dengan dirilisnya berita ini jauh-jauh hari, promotor pun berharap masyarakat pecinta bola bisa mempersiapkan diri, terutama dari segi finansial untuk melihat aksi-aksi bintang lapangan hijau dari benua biru.

Semoga jadi kenyataan.
Share this Article on :
 
© Copyright GALERI LIGA INDONESIA 2012 | Design edited by Venom | Published by Borneo Templates| Powered by Blogger