ALT/TEXT GAMBAR
News Update :

Prestasi Sepakbola Asia Tenggara Bak "Kura-kura"

Selasa, 25 Desember 2012

Piala AFF 2012  - net

Seputar Timnas - Piala AFF telah selesai. Singapura menobatkan timnya sebagai juara. Sejak 1998, hasil di edisi kali ini menjadi prestasi keempat kalinya bagi The Lions, sekaligus mengukir rekor juara terbanyak di antara negara peserta. 

Menurut sejarahnya, turnamen ini diinisiasi pada 1996. Kompetisinya digelar setiap dua tahun, diikuti oleh tim nasional se-Asia Tenggara, diselenggarakan oleh Federasi Sepakbola ASEAN. 

Pertama kali dimulai sampai edisi 2004, kejuaraan ini bernama Piala Tiger. Disebut demikian, karena sponsornya Asia Pacific Breweries, yakni perusahaan pembuat bir Tiger yang berbasis di Singapura. 

Sejak 2007, nama turnamen kemudian berubah menjadi ASEAN Football Championship menyusul berakhirnya kontrak sponsor Tiger Beer. Mulai 2008, Suzuki perusahaan otomotif Jepang menyeponsori dan kejuaraan ini pun diubah lagi namanya, AFF Suzuki Cup, dalam tiga edisi terakhir. 

Sejauh mana turnamen regional ini berpengaruh terhadap prestasi sepakbola Asia Tenggara di kancah yang lebih luas? Bagaimana kejuaraan sepakbola antaranegara ASEAN mampu jadi perangsang prestasi bagi negara-negara yang menjuarainya ketika selanjutnya bertanding di level lebih tinggi secara internasional? 

Edisi perdana 1996, Thailand menjuarai Tiger Cup setelah mengalahkan Malaysia 1-0. Tapi saat manggung di Piala Asia 1996, Kiatisuk Senamuang dkk dilantak Arab Saudi 0-6, Iran 1-3, dan Irak 1-4. Berikutnya di 1998, Singapura menjadi kampiun setelah menyudahi Vietnam 1-0. Tapi apa daya, di Grup 7 dalam ronde pertama zona Asia Pra Piala Dunia 1998, Kuwait dan Lebanon melibas mereka. 

Pada 2000, Thailand mengungguli Indonesia 4-1 di final. Namun, Sakesan Pituratana cs kandas di penyisihan Grup A lantaran kalah dari Irak 0-2 serta hanya mampu menahan seri 1-1 Lebanon dan Iran di panggung Piala Asia 2000. Dalam kurun 2002, tim Gajah Putih kembali menjegal langkah Indonesia 4-2 dalam drama adu penalti. Sementara di Grup A ronde kedua zona Pra Piala Dunia 2002, Worawoot Srimaka babak-belur di kaki Arab Saudi, Iran, Bahrain, dan Irak. 

Saat 2004, Singapura mengatasi Indonesia 5-2 (agregat) di laga puncak. Prestasi itu disusul hasil buruk di babak penyisihan ronde kedua Grup B Pra Piala Asia 2004. Noh Alam Shah cs gagal lolos sebab hanya menempati peringkat ketiga di bawah Kuwait dan Qatar. Selanjutnya 2006-07, Negeri Singa kembali merengkuh gelar setelah menumbangkan Thailand 3-2 (agregat). Tragisnya, kesebelasan juara Asia Tenggara mampet di Grup E Pra Piala Asia 2007 karena dihambat Irak dan China. 

Tahun 2008, giliran Vietnam merajai Piala AFF setelah menang agregat atas Thailand 3-2. Gelar juara itu ternyata juga bukan jaminan akan majunya prestasi. Ronde pertama zona Asia Pra Piala Dunia 2010, dilindas Uni Emirat Arab (UEA) dengan skor telak 0-6 (agregat), tim asal negeri Paman Ho masuk kotak. 

Di edisi 2010, Malaysia berjaya menewaskan Indonesia 4-2 (agregat). Berbanding terbalik dengan itu, di Grup C Pra Piala Asia 2011 Harimau Malaya hanya juru kunci tanpa pernah menang dari UEA dan Uzbekistan. 

*** 

BERBAGAI fakta tersebut menunjukkan di mana tepatnya letak tenggara dalam peta kekuatan sepakbola Asia. Jangankan bicara mimpi untuk melaju ke pergelaran pentas sepakbola dunia. 

Empat negara: Singapura, Thailand, Vietnam, dan Malaysia telah merengkuh prestasi terbaiknya di kawasan ini. Namun, keempat negara itu ternyata masih tertatih-tatih membawa beban berat langkah bagai kura-kura tatkala bersaing lari cepat melawan kompetitor dari timur, tengah, dan bara,t Benua Kuning. 

Di mana posisi Indonesia? Tanpa pernah sekali saja menjadi juara Piala AFF, tim nasional kita juga tak kalah lambatnya menyusul kemajuan tim-tim asal Ras Kuning dan Timur Tengah. 

Apakah kesimpulan dari fakta-fakta tersebut ialah Piala AFF justru kontraproduktif bagi kemajuan sepakbola Asia Tenggara? Soalnya, muncul kesangsian, jika kejuaraan ini produktif jadinya, tentu juara ASEAN sudah bisa bicara banyak di level atas Asia. 

Ikhtisar ini hendak menawarkan dua jalan keluar. Pertama; mungkin pertemuan intensif antarfederasi se-ASEAN harus diadakan secepatnya buat menggagas platform mengatasi macetnya prestasi di tingkat yang lebih tinggi. Kemudian, tidak hanya fokus menyelenggarakan pesta-pora ekstravaganza sekelas turnamen Piala AFF belaka. Klub sebagai basis tim nasional juga penting diperhatikan. 

Kalau perlu, kejuaraan antarklub ASEAN yang pernah diputar pada 2003 dan 2005, bisa dihidupkan kembali. Di antara klub-klub Asia Tenggara pun harus terjalin kerjasama saling meningkatkan kualitas satu sama lain. Bentuknya barangkali boleh dimulai dengan tukar-pinjam pemain. 

Kedua; ada kesempatan mengundang Australia untuk berpartisipasi di Piala AFF 2014 mendatang. The Socceroos bisa mengirimkan tim nasional B atau timnas U-23 mereka. Selain akan meningkatkan gengsi turnamen, partisipasi tim Benua Kanguru bisa ikut pula memperbaharui gairah persaingan adu piawai di lapangan. 

Kini, sudah saatnya para pemimpin federasi sepakbola di kawasan ASEAN menjadikan turnamen regional sebagai kancah dengan orientasi baru: sebuah wadah penggojlokan para pemain sebelum mereka terjun dengan kematangan bertanding di kancah internasional demi meramaikan kompetisi Piala Asia dan Piala Dunia. Sebab kalau tidak, langkah lari kura-kura akan terus abadi menjadi cap sepakbola Asia Tenggara.(fit-okezone)
Share this Article on :
 
© Copyright GALERI LIGA INDONESIA 2012 | Design edited by Venom | Published by Borneo Templates| Powered by Blogger